Ikan Tapah (Willago leerie) |
Ikan tapah adalah salah satu spesies ikan lokal Nusantara
yang terbilang unik. Kalau mencapai ukuran optimal, ikan ini merupakan ikan air tawar terbesar di Indonesia. Adakalanya disebut sebagai 'monster'.
Ikan tapah dapat ditemukan, antara lain, di Sungai Kampar di Riau dan Kapuas, Kalimantan. Demikian juga di Papua. Sebetulnya ikan Willago ini merupakan ikan air tawar Asia yang juga ditemukan di Pakistan, Vietnam, Malaysia dan Indonesia.
Ikan berkumis dengan nama Latin Willago ini memiliki bentuk tubuh yang panjang dan padat. Struktur
morfologi ikan ini, selain soal kumisnya itu, memiliki kepala lebar dan mulut
yang lebar.
Sudut-sudut mulut menjangkau sampai bagian mata, yang
ukurannya tergolong kecil. Apabila jangkauan itu berakhir sebelum bagian mata,
ia adalah spesies tapah Willago attu;
sedangkan sudut mulut yang sampai sisi bawah mata atau sedikit melewatinya, ia
adalah Willago leerie. Kalau tidak
diperhatikan dengan teliti, perbedaan ini memang tidak mencolok.
Mulutnya yang besar itu memiliki gigi-gigi yang tajam. Ikan
karnivora ini memang mampu menggigit apabila ia merasa terancam. Sirip dorsal
bagian atasnya terbilang kecil, namun pada sisi bawah tubuhnya memanjang sampai
ke ekor.
Jika bertumbuh optimal, panjangnya dapat mencapai 2,4 meter,
sehingga menjadikannya sejenis ikan raksasa. Kendati demikian, ukuran ‘monster’
yang sampai seperti itu sangat langka ditemukan. Salah satu rekor tahun 2009 ini yang bisa dicatatkan, seperti diberitakan Kompas, adalah tangkapan Ruspian di Sungai Kapuas, dengan
ukurang panjang 168 cm, ukuran mulut 25 cm dan berat 51 kg. Nelayan di Kabupaten Bumi Banyu Asin juga diberitakan menangkap ikan tapah dengan panjang 1,7 m dan berat 40 kg.
Barangkali karena ukurannya itu ditambah kemampuan untuk menggigit
sampai-sampai di masyarakat ada legenda bahwa ikan tapah bisa memangsa manusia.
Misalnya, anak-anak yang asyik bermain di pinggir atau mandi-mandi di sungai.
Sebagai ikan konsumsi, ikan ini disukai di Riau, misalnya,
yang sejak lama sudah menjadi santapan yang disukai. Kendati demikian,
ketersediaan ikan ini semakin hari semakin berkurang, termasuk karena resiko eksploitasi over-fishing, sementara perlindungan dan restocking belum ada. Riset yang dilakukan Hendrik dari Universitas
Riau, misalnya, mencatat bahwa keberlimpahan ikan tapah dalam tahun
perbandingan 1985 dan 2010 bergeser dari banyak (+++) menjadi jarang (+). [1]
Hasil penelitian di Sungai Kampar, Riau oleh Pareng Rengi,
Bustari dan Sumarto, juga diperkuat temuan bahwa jumlah ikan tapah (Willago leerie) menunjukkan
kecenderungan penurunan yang semakin beresiko. Status ikan ini sudah termasuk
terancam punah, yang perlu mendapat prioritas untuk dilakukan pengembangan
melalui budidaya dan restocking.
Metode budidaya yang disarankan adalah penggunaan keramba, di samping perlunya
penetapan wilayah konservasi perikanan.[2]
Faktanya, ikan yang suka hidup di dasar sungai dan memangsa
ikan kecil lainnya ini lama-lama akan semakin sulit ditemukan. Jangankan yang
berukuran besar, yang berukuran kecil dan sedang saja pun akan semakin jarang tersedia
di alam. Sudah diperlukan perhatian yang lebih sungguh-sungguh dari semua
pihak, baik Pemerintah maupun masyarakat, untuk tidak memandang enteng status
ketersediaan ikan tapah yang kita miliki.
Bagi hobbyist
pemancing, memancing ikan tapah di alam bebas memang merupakan suatu tantanganyang sulit dielakkan. Diperlukan pengetahuan yang memadai untuk tahu di mana
atau ke mana bisa memancing ikan ini, bagaimana tekniknya, bagaimana spotting lokasi keberadaannya, dan lain
sebagainya.
Khabar Ikan melihat bahwa selain otoritas perikanan dan akademisi
universitas, para hobbyists dapat juga menjadi penggerak kesadaran (awareness) masyarakat mengenai status kelangkaan
ikan lokal yang bernilai tinggi ini, agar jangan sampai benar-benar punah dari daftar
kekayaan alam Nusantara.
[16/8/2015 - Isrotul Qiro/Tim Khabar Ikan]
[1] Kajian dilakukan dengan sampling di Danau Pulau Besar
dan Danau Bawah, Kabupaten Siak, Riau. Lihat Hendrik, “Potensi Sumber Daya Perikanan dan Tingkat Eksploitasi (Kajian
terhadap Danau Pulau Besar dan Danau Bawah Zamrud Kabupaten Siak Provinsi
Riau)”, Jurnal Perikanan dan Kelautan, 15/2, 2010, hal. 124.
[2] Lihat Pareng Rengi (et.al), “Kajian Kelestarian Ikan
Lokal (Ikan Tapah dan Kelemak) di Wilayah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau”,
Berkala Perikanan Terubuk, Vol. 41, No.2, Juli 2013, hal. 89.
0 comments:
Post a Comment