Ikan batak adalah ikan khas
yang menjadi kebanggaan suku Batak. Ikan ini merupakan ikan konsumsi yang
memiliki implikasi adat dan status sosial bagi orang Batak. Harga ikan ini
relatif mahal dan banyak dicari masyarakat setempat, misalnya, untuk keperluan ‘upa-upa’. Ikan ini termasuk jenis ikan
endemik, yang merupakan ikan pribumi Danau Toba. Barangkali karena
endemisitasnya itu, sampai-sampai nama populernya pun menjadi ikan Batak. Atau,
cukup hanya ‘ihan’ yang secara literal juga berarti ikan juga.
Ikan Batak dicatat dengan
nama spesies Neolissochilus thienemanni,
sebagai bagian dari suku Cyprinidae. Panjang maksimal mencapai 21 cm (total). Bentuknya
ada kemiripan dengan ikan jurung, semah, kancra atau soro (Tor sp.). Yang membedakannya, ikan batak tidak memiliki tonjolan
berdaging pada bibir rahang bawahnya.
Ikan yang berwarna keperakan
ini juga memiliki aspek biologi yang tidak menjaga telur-telurnya pada waktu pemijahan.
Dapat diduga bahwa hal ini juga menjadi penyebab telur yang selamat bisa jadi
sedikit, karena rawan dimangsa predator lain.
Ikan batak telah dimasukkan
ke dalam status rentan
(VU/vulnerable) sejak beberapa tahun
terakhir (IUCN, 2001). Kendati demikian, Pemerintah RI sendiri belum menetapkan status perlindungan tersendiri untuk ikan ini, kecuali hanya mencatat penetapan oleh International Unio for Conservation of Nature (IUCN).
Kebutuhan masyarakat terhadap ikan ini cukup tinggi, namun ketersediaannya semakin sulit. Menurut penelitian, faktor penyebab kelangkaannya terkait dengan eksploitasi berlebihan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan (seperti dinamit dan racun), degradasi habitat dan penurunan kualitas perairan danau karena pengalihfungsian lingkungan sekitar dan lainnya.
Kebutuhan masyarakat terhadap ikan ini cukup tinggi, namun ketersediaannya semakin sulit. Menurut penelitian, faktor penyebab kelangkaannya terkait dengan eksploitasi berlebihan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan (seperti dinamit dan racun), degradasi habitat dan penurunan kualitas perairan danau karena pengalihfungsian lingkungan sekitar dan lainnya.
Faktor penting yang tidak bisa diabaikan adalah menyangkut perkembangan ikan asing yang mengubah habitat yang semula. Ikan mujair, misalnya, menjadi pesaing ketat
ikan Batak selaku ‘penduduk asli’ Danau Toba. Langkah Pemerintah yang
memperkenalkan ikan bilih yang endemik Danau Singkarak, sekalipun baik tujuannya, tidak dapat tidak juga telah menambah ketatnya
persaingan hidup bagi ikan batak. Persaingan itu terkait dengan
ketersediaan pakan dan penyempitan ruang bagi ikan.
Sebagai ikan endemik berstatus rawan, sudah sangat perlu adanya perhatian serius dalam rangka
perlindungan ikan Batak. Mengingat ikan ini unik di Danau Toba yang
mempunyai daya tarik wisata, ikan Batak barangkali dapat dijadikan salah satu
duta promosinya, yang perlu diperkenalkan secara baik kepada wisatawan sekaligus untuk mendorong semangat perlindungan.
-- [Tim KhabarIkan] --
[Image dari Iftfishing.com]
Referensi:
1.
Ikan Air Tawar Langka di Indonesia, terbitan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
Jakarta, 2012
2.
Biota Perairan Terancam Punah di Indonesia: Prioritas
Perlindungan, buku panduan terbitan
kerjasama KKP dan LIPI, Jakarta, 2013
3.
Sunarya
Wargasasmita, Ikan Air Tawar Endemik Sumatera Yang Terancam Punah, Jurnal
Iktiologi Indonesia, Vol. 2/2, 2002
0 comments:
Post a Comment