Ukuran memang bukan
segalanya. Yang kecil pun bisa menjadi ancaman yang menuntut perhatian serius.
Begitulah ancaman ikan puyu.
Ternyata, melalui rentang waktu
yang panjang, ikan ini masih terus melakukan ekspansi, mengembara dan
menjelajah semakin jauh. Kini, dari kawasan Indonesia Timur dan Papua New Gini,
tujuan ikan puyu meng-invasi Australia.
Ikan kecil ini sudah dikenal
lama di Nusantara. Namanya pun bermacam-macam. Ia dipanggil ikan puyu (Melayu),
puyuah, puyu-puyu (Minangkabau), papuyu (Banjar), geteh-geteh (Menado), bethok
atau bethik (Jawa) dan lainnya.
Dalam bahasa Inggeris, ikan
ini dinamakan climbing perch atau climbing gouramy. Pencantelan kata
‘climbing’ (memanjat) dalam namanya, karena ikan puyu mempunyai kemampuan untuk
memanjat ke darat dan ‘berjalan’. Nama Latinnya adalah Anabas testudineus.
Ikan yang rata-rata berukuran
kecil ini, memiliki ukuran panjang
maksimal 25 cm, walau pun jarang. Ia pun lebih tergolong sebagai ikan liar,
yang berkembang bebas di wilayah-wilayah berair dan sering berpindah terbawa
banjir.
Ikan Puyu (Gambar: iwak-betik.blogspot.com) |
Tak ada asal-muasalnya yang
pasti, namun ikan ini menyebar mulai dari India, China dan Asia Tenggara. Di
Indonesia, ikan ini sudah mengalami nativisasi seolah-olah merupakan ikan
lokal, saking lazim penyebarannya di berbagai daerah.
Belakangan ini, invasinya
dikhawatirkan oleh Pemerintah Australia akan terus menguasai Australia dan
sekitarnya.
Keunikan ikan ini, selain
bisa naik ke darat, adalah bertahan tanpa air selama 6 hari. Selain bernafas dengan insang, ikan puyu juga
memiliki organ labirin yang memungkinkannya untuk mengambil oksigen dari udara
untuk jangka waktu tertentu.
Sekali pun tergolong sebagai
ikan air tawar, ikan puyu mampu bertahan hidup di air asin untuk beberapa lama.
Jelas, ia memiliki daya tahan tinggi.
Ikan puyu juga tidak
disenangi predator, walau pun tubuhnya yang lebih besar. Sebabnya, ikan puyu mampu membunuh dengan
mengembangkan sirip-siripnya yang tajam. Apabila ikan puyu ditelan oleh burung
pemangsa, misalnya, sang burung bisa mati tercekik dengan tenggorokan luka, karena
tajamnya sirip-sirip puyu yang mengembang.
Apabila melakukan invasi,
ikan puyu yang lebih tough berkemampuan
mengalahkan ikan lokal, berkembang biak lebih cepat dan menjadi ikan dominan.
Australia mulai khawatir terhadap invasi ikan puyu sejak ikan ini ditemukan pertama
kali di sebuah pulau kecil Australia pada tahun 2005. Belakangan, Australia khawatir akan semakin berkembang-biaknya ikan ini sehingga dapat merusak habitat lokal.
Pakar perikanan memperkirakan
cara sampainya ikan puyu ke Australia karena terbawa oleh kapal-kapal ikan
sampai ke perairan Australia. Walau pun ada yang menduga ekspansi ikan puyu
dengan cara berenang, namun kemungkinan itu diperkirakan kecil sekali.
Australia berupaya melakukan
langkah preventif guna menangkal penyebaran ikan puyu secara lebih lanjut di
daerah-daerah basah negara itu. Para nelayan yang menemukan ikan ini diharapkan melaporkannya ke dinas terkait.
Tentu, berbeda dengan serbuan
‘pendatang haram’ (illegal migrant), invasi ikan puyu dari wilayah Indonesia ke
Australia tidak menimbulkan ketegangan diplomatik.
Lagi pula, mana mungkin
Pemerintah RI mampu melarang ikan puyu yang kecil-kecil seperti itu berekspansi
ke negara tetangga. Sedangkan kapal-kapal ikan asing yang besar-besar saja baru
belakangan ini mulai dihajar Menteri Susi Pudjiastuti, karena mencuri di perairan kita!
------------
[10/7/15 - Tim Khabar Ikan]
0 comments:
Post a Comment